Skip to main content

Sistem sudah dibangun.
Dashboard penuh warna sudah terpampang di layar rapat.
Namun ketika keputusan harus diambil, kalimat pembukanya tetap sama:

“Menurut saya…”

Insting, pengalaman, dan intuisi—tiga kata yang terdengar bijak, tapi sering menenggelamkan suara data.
Begitulah romantisme lama dalam manajemen: mempercayai perasaan lebih dari fakta.

Data yang Tidak Dipakai, Mati Pelan-Pelan

Banyak organisasi rajin mengumpulkan data, tapi enggan menjadikannya dasar keputusan.
Laporan diketik, grafik dibuat, lalu berhenti di slide PowerPoint yang tak pernah dibuka lagi setelah rapat usai.

Efeknya berantai:
Data kehilangan makna.
Tim pencatat kehilangan motivasi.

“Kalau akhirnya keputusan tetap pakai feeling, untuk apa kami isi sistem setiap hari?”

Ketika data tidak dipercaya, disiplin digital ikut runtuh.
Sistem akhirnya hanya jadi hiasan—bukan alat bantu berpikir.

Insting yang Tak Lagi Efisien

Tak ada yang salah dengan intuisi.
Pengalaman tetap berharga. Tapi di era di mana kecepatan dan ketepatan menentukan arah bisnis, keputusan yang hanya bertumpu pada perasaan terlalu berisiko.

Data tidak menggantikan manusia, ia melengkapi.
Ia membantu melihat pola yang tak kasat mata.
Ia memberi dasar logis bagi insting agar lebih tajam.
Dan yang paling penting, ia meninggalkan jejak keputusan yang bisa dievaluasi.

Tanpa itu, organisasi berjalan di kabut.
Setiap keputusan terasa benar… sampai terbukti mahal.

Kepemimpinan yang Percaya pada Fakta

Kepemimpinan modern bukan soal siapa yang paling percaya diri, tapi siapa yang paling berani melihat kenyataan.
Sistem digital memungkinkan itu: laporan yang tak bisa dipoles, tren yang bisa dilacak, dan korelasi yang tak bisa disangkal.

Kepemimpinan lama berjalan dengan naluri.
Kepemimpinan baru berjalan dengan data—lalu menyalakan naluri di atasnya.

Keduanya tak perlu saling meniadakan.
Namun di era data, urutannya tak boleh terbalik.

Menutup Romantisme Lama

Transformasi digital bukan hanya soal mengganti alat kerja, tapi mengganti cara berpikir.
Dari “saya rasa begini” menjadi “data menunjukkan ini.”

Insting tetap penting, tapi kini ia harus diuji, bukan diagungkan.
Karena di dunia yang bergerak secepat hari ini, keputusan tanpa data hanyalah keberanian tanpa arah.

Dengan pendekatan Teknologi Informasi, Jitu Teknologi membantu organisasi meninggalkan pola lama berbasis perasaan menuju manajemen berbasis data yang rasional, transparan, dan bisa dipertanggungjawabkan.

Sniper

Every shot tells a story of honor and service.